Menstruasi
adalah siklus bulanan yang terjadi pada wanita secara berkala dan dipengaruhi
oleh hormone reproduksi FSH-Estrogen atau LH-Progesteron. Menstruasi juga merupakan indikator umum bagi
masyarakat bahwa wanita tersebut sudah dewasa dan normal, hanya sebatas itu. Jarang sekali orang memberi perhatian lebih
seputar menstruasi termasuk keluhan yang terjadi sebelum, saat, dan sesudah
seorang wanita menjalaninya. Semua
dianggap wajar selagi si wanita masih bisa menahan rasa sakit dan
ketidaknyamanan itu, karena label “hal yang wajar” sudah melekat erat dengan
proses menstruasi tersebut.
Istilah
premenstrual syndrome (PMS) digunakan untuk mengacu pada kumpulan atau
perubahan gejala fisik dan emosional yang terjadi menjelang, saat, dan sesudah
siklus bulanan pada seorang wanita.
Gejala yang muncul sangat beragam dari yang ringan sampai yang cukup
berat, “apa saja gejala itu?”, antara lain yang terkait dengan emosional,
perasaan tidak bahagia, stress, sulit tidur, sakit kepala, mood atau suasana
hati yang gampang berubah, sensitive, libido yang berubah. Yang terkait dengan fisik antara lain
pendarahan, kram pada perut, sulit buang air besar, pembengkakan pada payudara,
muncul jerawat, sakit pada otot tertentu dan masih banyak lagi. Menurut Johnson (Wikipedia 2013) gejala yang
muncul bisa lebih dari 200 bentuk.
Sebagai
seorang wanita, saya mengalami keluhan yang saya rasakan langsung dan tidak
langsung. Kalau di cermati keluhan itu
semakin bertambah dengan bertambahnya usia, dulu sebelum berusia 25 tahun menjelang
menstruasi saya hanya merasa sedikit kram pada perut di pagi hari dan hilang
dengan sendirinya di siang hari. Setelah
berusia di atas 25 tahun keluhan bertambah dengan volume mens yang sangat
banyak dan pegal pada bagian pinggang ke bawah.
Saat usia saya bertambah 33 tahun saya mulai merasakan sakit kepala di
hari ke-2 dan seterusnya. Belum lagi
keluhan yang dirasakan orang disekitar saya, kata suami dan anak-anak ada
masanya setiap bulan saya galak sekali ha ha ha.
Semua PMS itu saya
tahan dan biarkan saja, karena saya merasa hal yang wajar terjadi. Tidak dipungkiri, beberapa kegiatan terganggu
secara rutin karena terjadi setiap bulan dan suami juga menjaga jarak secara
rutin saat saya sedang “galak sekali” hmm.
Ternyata
teman-teman saya di kantor dan di laboratorium juga mengalami minimal 1 gejala PMS,
dari yang ringan sampai cukup berat.
Teman yang bekerja dibagian keuangan sebuah perusahaan pembiayaan ini
setiap bulan izin minimal 1 hari karena tidak tahan sakit pada perut saat
menstruasi. Karena label “wajar” itu dia
tidak pernah mencoba memeriksakan diri ke dokter untuk PMS nya tersebut. Dia mencoba mengatasinya dengan meletakkan
botol berisi air hangat di perut dan berbaring, “Nanti juga hilang sendiri”,
ujarnya ringan.
Adalagi
teman yang merasa saat menstruasi dia tidak produktif, karena semua terasa
buntu dan malas untuk menyelesaikan pekerjaan.
Kebayang kan kalau ada deadline
penting dan dia sedang turn off?. Bisa-bisa karier hancur dalam sekejap kalau
begitu, atau keluarga merasakan imbasnya seperti yang terjadi padaku (dijauhi
saat galak).
Selain
itu teman-teman di laboratorium tempatku meneliti semua punya keluhan PMS, dan
lagi- lagi mereka membiarkan saja berlalu tanpa solusi. Umumnya pendapat mereka sama, “ah sudah biasa
bu Eka, dan wajar saja PMS itu kita alami”.
Bahkan ada yang sedikit ekstrim, mereka bilang “disitu seninya bu Eka”. Waduh, seni yang bagaimana ya kalau akhirnya
tidak membuat kita rilexs, malah sebaliknya membuat kita tegang, stress, tidak
produktif, dan ditegur atasan, suami, dan dijauhi anak-anak.
Salah seorang teman yang juga praktisi kesehatan (Bidan)
sempat menjadi teman berdialog untuk urusan PMS. Rasa penasaranku mengenai PMS menggiring
Bidan ini menjawab berbagai pertanyaan seputar PMS. Aku penasaran, apakah sebagai praktisi
kesehatan dia akan berpendapat sama dengan masyarakat awam?, “PMS adalah hal
yang wajar, dan dibiarkan saja tanpa solusi?”.

Syukurlah bu bidan punya pendapat berbeda, menurut beliau
PMS bukan hal yang layak dibiarkan, tetapi di cari solusi sesuai keluhan. Misalnya, untuk gejala yang terkait dengan
emosional, kita disarankan berolah raga di pagi hari, kemudian segera
mengkonsumsi makanan yang sehat dan bergizi seimbang, sayur dan buah jangan
lupa. Mengurangi makanan yang terlalu
asin, terlalu manis, dan terlalu pedas, berguna untuk menjaga mood
katanya. Kemudian untuk PMS yang
mengganggu aktivitas seperti sakit kepala yang saya alami, menurut beliau
karena saya cenderung anemia dan tekanan darahnya rendah. Hal ini bisa dibantu dengan suplemen yang
membantu proses pembentukan sel darah merah.
Untuk gejala PMS yang berat harus memeriksakan diri ke dokter, siapa
tahu gejala tersebut akumulasi dari penyakit lain yang terhubung dengan
kontraksi rahim saat meluruhkan sel telur yang tidak dibuahi. Akhirnya saya mendapatkan jawaban yang
memuaskan, apabila hal yang wajar menjadi tidak wajar mengapa kita biarkan
berlarut-larut?, mestinya kita mencari solusi untuk itu.

Saya mencoba mencari solusi untuk sakit kepala saat
menstruasi sesuai saran bu bidan, tidak ada salahnya mencoba, dan benar! Selama
menstruasi kemaren saya bebas sakit kepala, Vitafem free me. Bulan depan saya harus berolah raga agar
emosinya stabil dan tidak dijauhi suami dan anak-anak lagi ha ha ha.
Pustaka
Johnson S, PHD. "Premenstrual
Syndrome (Premenstrual Tension)". Menstrual
Abnormalities and Abnormal Uterine Bleeding. Armenian Health Network,
Health.am. Retrieved 2008-01-10 http://en.wikipedia.org/wiki/Premenstrual_syndrome#Symptoms
Vitafem,
http://www.dexa-medica.com/ourproducts/otc/detail.php?id=7