Senin, 15 Juli 2013

Cerdas Memilih Buah Berkualitas



Ketika kecil keluarga saya tinggal di daerah pedesaan, enaknya tinggal di desa, untuk urusan sayuran dan buah-buahan tidak perlu khawatir, yang penting rajin.  Kami memiliki pekarangan yang luasnya 2000 m2, yang dipagari tanaman nenas, kata ayah supaya duri-durinya membuat babi hutan berfikir dua kali untuk masuk.  Setelah nenas ayah menanam katuk sebagai lapisan kedua, karena pohonnya rapat dan liat selain itu baunya juga menghalau hama.  Disetiap pojok rumah ada tanaman keras seperti durian, alpukat, rambutan, jambu klutuk, jeruk, salam, hingga nangka.  Agak di tengah ada papaya, sirsak, jambu bol, jambu air,  singkong, ubi jalar, cabe, dan sayuran lainnya.  Setiap hari ada yang dipanen, semua serba segar, alami, renyah, nikmat, dan pastinya kaya vitamin, air, dan mineral.


Sekarang saya dan keluarga kecil saya tinggal di kota, semua serba lengkap dan mudah didapat, termasuk buah-buahan.  Meskipun lengkap, tidak mudah mencari buah yang segar, alami, dan seenak seperti zaman saya kecil.  Di pasar tradisional maupun pasar modern, bahkan hypermart sekalipun kadang buah yang saya temui adalah buah yang sudah disimpan berhari-hari.  Ditandai dengan tangkai berubah warna menjadi coklat, bagian tertentu sangat keras atau sangat lunak karena mulai membusuk, dan rasa yang hambar atau gabes istilah saya.  Vitamin dan mineralnya?, pasti ada pengurangan, belum lagi lapisan putih fungisida masih jelas terlihat di permukaan kulit buah.  Harganya juga tidak murah lho, bahkan akhir-akhir ini beberapa jenis buah impor harganya meningkat tajam dengan kualitas memprihatinkan.

Saya sudah pernah merasakan buah yang enak dan berkualitas dengan harga murah bahkan gratis alias hasil kebun sendiri.  Sekarang saya jelas tidak sudi mengeluarkan uang yang tidak sedikit untuk buah dengan kualitas buruk.  Saya pernah berdiskusi panjang lebar dengan suami, kira-kira solusi apa yang bisa ditempuh.  Menanam sendiri jelas tidak mungkin untuk saat ini.  Rumah saya sekarang luasnya hanya cukup untuk menanam 4 pohon tanaman keras dengan jarak yang ideal ha ha ha.

Diskusi itu menghasilkan beberapa ide yang sudah kami terapkan 4 tahun terakhir ini.  Pertama, keluarga saya mengkonsumsi buah lokal sesuai dengan musim buah saat itu, sehingga buah yang kita dapat adalah buah yang relatif segar bukan buah yang sudah disimpan lama.  Kedua, sambil jalan-jalan, kami menyempatkan datang ke petani buah terdekat, sehingga bisa membeli buah segar bahkan langsung dari pohonnya.  Tidak berhenti sampai di situ, kami biasanya mencatat nomor telpon petani dan mendaftar sebagai pelanggan tetap setiap kali panen.  Ketiga, selain datang langsung ke petani kami juga punya tukang buah kaki lima yang menjual buah dari hasil kebun sendiri atau agen buah yang perputaran buahnya cepat dan kualitasnya baik.  Keempat, membeli buah berlabel yang sudah jelas-jelas memiliki produk berkualitas.  Konsumen yang berkualitas, hanya akan memilih, dan mengkonsumsi buah yang berkualitas he he he.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar