Ketika kecil keluarga saya tinggal di
daerah pedesaan, enaknya tinggal di desa, untuk urusan sayuran dan buah-buahan
tidak perlu khawatir, yang penting rajin.
Kami memiliki pekarangan yang luasnya 2000 m2, yang dipagari
tanaman nenas, kata ayah supaya duri-durinya membuat babi hutan berfikir dua
kali untuk masuk. Setelah nenas ayah
menanam katuk sebagai lapisan kedua, karena pohonnya rapat dan liat selain itu
baunya juga menghalau hama. Disetiap
pojok rumah ada tanaman keras seperti durian, alpukat, rambutan, jambu klutuk,
jeruk, salam, hingga nangka. Agak di
tengah ada papaya, sirsak, jambu bol, jambu air, singkong, ubi jalar, cabe, dan sayuran
lainnya. Setiap hari ada yang dipanen, semua
serba segar, alami, renyah, nikmat, dan pastinya kaya vitamin, air, dan
mineral.
Sekarang saya dan keluarga kecil saya
tinggal di kota, semua serba lengkap dan mudah didapat, termasuk
buah-buahan. Meskipun lengkap, tidak mudah
mencari buah yang segar, alami, dan seenak seperti zaman saya kecil. Di pasar tradisional maupun pasar modern,
bahkan hypermart sekalipun kadang
buah yang saya temui adalah buah yang sudah disimpan berhari-hari. Ditandai dengan tangkai berubah warna menjadi
coklat, bagian tertentu sangat keras atau sangat lunak karena mulai membusuk, dan
rasa yang hambar atau gabes istilah saya.
Vitamin dan mineralnya?, pasti ada pengurangan, belum lagi lapisan putih
fungisida masih jelas terlihat di permukaan kulit buah. Harganya juga tidak murah lho, bahkan
akhir-akhir ini beberapa jenis buah impor harganya meningkat tajam dengan
kualitas memprihatinkan.
Saya sudah pernah merasakan buah yang
enak dan berkualitas dengan harga murah bahkan gratis alias hasil kebun
sendiri. Sekarang saya jelas tidak sudi
mengeluarkan uang yang tidak sedikit untuk buah dengan kualitas buruk. Saya pernah berdiskusi panjang lebar dengan
suami, kira-kira solusi apa yang bisa ditempuh.
Menanam sendiri jelas tidak mungkin untuk saat ini. Rumah saya sekarang luasnya hanya cukup untuk
menanam 4 pohon tanaman keras dengan jarak yang ideal ha ha ha.
Diskusi itu menghasilkan beberapa ide
yang sudah kami terapkan 4 tahun terakhir ini.
Pertama, keluarga saya mengkonsumsi buah lokal sesuai dengan musim buah
saat itu, sehingga buah yang kita dapat adalah buah yang relatif segar bukan
buah yang sudah disimpan lama. Kedua,
sambil jalan-jalan, kami menyempatkan datang ke petani buah terdekat, sehingga
bisa membeli buah segar bahkan langsung dari pohonnya. Tidak berhenti sampai di situ, kami biasanya
mencatat nomor telpon petani dan mendaftar sebagai pelanggan tetap setiap kali
panen. Ketiga, selain datang langsung ke
petani kami juga punya tukang buah kaki lima yang menjual buah dari hasil kebun
sendiri atau agen buah yang perputaran buahnya cepat dan kualitasnya baik. Keempat, membeli buah berlabel yang sudah
jelas-jelas memiliki produk berkualitas. Konsumen yang berkualitas, hanya akan
memilih, dan mengkonsumsi buah yang berkualitas he he he.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar