Senin, 01 Juli 2013

Bertualang di Kota (Pemenang Utama, Smart Mommy Inspiration; Bisolvon dan Tabloid Nyata)

Semasa saya kecil yaitu tahun 1979 sampai tahun 1990 keluarga saya sering berpindah dari satu tempat ke tempat lain mengikuti Ayah yang bertugas di berbagai pelosok Indonesia.  Umumnya tempat yang kami singgahi adalah kota kecamatan dan kabupaten yang tentu saja jauh dari keramaian dan fasilitas yang baik.  Bahkan kami pernah tinggal di daerah transmigrasi yang jauh dari sumber air bersih dan tanpa listrik.  Ayah dan Ibu saya pegawai negeri sipil jaman orde baru yang gajinya sangat pas-pas an.  Meskipun dalam kondisi prihatin kami semua bahagia.  Ayah dan Ibu sangat mengutamakan pendidikan dan memenuhi semua kebutuhan kami dengan cara yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada.  Misalnya, kebutuhan rekreasi bagi anak-anaknya, kami diajak piknik ke sungai, mandi di air terjun, bertualang di hutan, memancing, dan nonton film keliling.


Sekarang saya merasakan manfaatnya, saya dan adik-adik tumbuh menjadi pribadi yang peka dan penuh empati, karena kami mengalami dan merasakan sendiri kondisi saat Ayah dan Ibu susah sampai kehidupan mereka cukup mapan.  Saat ini, saya sangat bersyukur karena saya mengenyam pendidikan tinggi dan mempunyai pekerjaan yang baik, begitu juga dengan suami.  Semua kebutuhan anak-anak terpenuhi bahkan bisa dibilang cukup mewah.  Saya ingin anak-anak saya tahu situasi dan kondisi prihatin tanpa harus menjalaninya seperti saya dulu.  Tujuan saya agar mereka peka terhadap lingkungan dan memiliki empati yang baik, dan tidak hanya menjadi pribadi yang egois, matrealistik, dan instan.

Saya dan suami sepakat akan mengajarkan mereka berbagai situasi dan kondisi yang tentunya tidak selalu enak dan mudah.  Salah satu cara yang kami lakukan adalah dengan mengajak anak-anak bertualang.  Meskipun bertualang identik dengan pergi ke hutan dan jauh dari keramaian, kami melakukan sebaliknya yaitu bertualang di kota.  Istilah bertualang kami pakai agar anak-anak tertarik dan tertantang melakukannya, selain itu agar mereka tetap merasa seperti bermain.  Rencana dan agenda kami susun bersama dengan matang bersama anak-anak, mereka dimintai pendapat dan kesepakatan dalam petualangan ini.  Si-sulung yang berusia 10 tahun mengusulkan ini dan itu, sementara adiknya yang berusia 4 tahun hanya mengiyakan saja.

Petualangan kami yang pertama mengambil tema transportasi.  Selama ini anak-anak kemana-mana menggunakan kendaraan pribadi yang nyaman, mereka juga harus tahu bahwa banyak transportasi yang kurang bahkan tidak nyaman sama sekali.  Kegiatan ini kami lakukan di hari Sabtu, dimana saya dan suami libur kerja sehingga bisa bekerjasama melaksanakan misi kami.

 “Petualangan di mulai!”, transportasi angkutan kota membawa saya, suami dan anak-anak ke terminal.  Mereka masih riang dan gembira karena perjalanan lancar, angin yang masuk melalui jendela angkot yang terbuka, dan penumpang yang tidak terlalu banyak membuat mereka tidak merasakan cuaca yang panas.  Sepanjang jalan kami bercerita bahwa dulu kami selalu menggunakan transportasi ini, begitu juga kakek dan nenek mereka.  Sesampai di terminal kami lanjut naik bis dalam kota yang tidak ber AC menuju rumah uwaknya.  Bis sudah terisi penuh tetapi masih terus saja di isi oleh kondektur dengan penumpang.  Anak-anak mulai merasa gerah dan sumpek, mereka mengeluarkan kipas yang sudah disiapkan dari rumah dan meminum air yang juga dibawa dari rumah.  Di dalam bus ini mereka melihat langsung, anak-anak pengamen, pedagang asongan, dan orang yang merokok dan membuang sampah sembarangan di tempat umum.  Si adik mulai merengek minta pulang, tapi si-kakak langsung membujuk adiknya untuk melanjutkan perjalanan ini dengan permen yang di beli dari pedagang asongan.  Setelah satu jam kami sampai di rumah uwaknya, mereka langsung menceritakan pengalaman itu dengan semangat, kami tersenyum melihat mereka.  Pulangnya, kami mencoba transportasi kereta api, dan di sini kami tidak kebagian tempat duduk, kondisi di perparah saat si kecil mengantuk.  Untunglah kami di beri tempat duduk oleh salah satu penumpang, si kakak belajar dari sana, bahwa kita juga harus memberikan kursi kita kepada orang yang lebih membutuhkan.  Petualangan pertama sukses kami lakukan.

 Berikutnya banyak petualangan lain yang kami coba, antara lain mengenai pasar, dan anak-anak saya bawa ke pasar tradisional dan pasar modern.  Mereka berbelanja dan menawar harga di pasar tradisional.  Lucunya si kecil mencari label harga pada telur asin yang akan di belinya.  Kemudian kami juga pernah bertualang dengan tema kuliner, seru juga saat melihat anak-anak makan di warteg, beli pecel pincuk, dan makan nasi kucing di pinggir jalan.  Terakhir yang pernah kami lakukan adalah bertualang di daerah bantaran kali dan tempat pembuangan sampah.  Meskipun sambil menutup hidung, dan berteriak saat melihat belatung, mereka tetap menikmatinya.  Saya sangat berharap anak-anak saya mendapat banyak pelajaran dan hikmah dari petualangan-petualangan ini, saya ingin mengenalkan sisi-sisi kehidupan kepada mereka agar mereka kelak menjadi pribadi yang tangguh, kuat, tegar, sekaligus lembut hatinya.

Bogor, 7 Desember 2012

Ritz Carlton, Jakarta
Ritz Carlton, Jakarta 22 Desember 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar