Senin, 14 Januari 2013

Solusi untuk Kewajaran


            Menstruasi adalah siklus bulanan yang terjadi pada wanita secara berkala dan dipengaruhi oleh hormone reproduksi FSH-Estrogen atau LH-Progesteron.  Menstruasi juga merupakan indikator umum bagi masyarakat bahwa wanita tersebut sudah dewasa dan normal, hanya sebatas itu.  Jarang sekali orang memberi perhatian lebih seputar menstruasi termasuk keluhan yang terjadi sebelum, saat, dan sesudah seorang wanita menjalaninya.  Semua dianggap wajar selagi si wanita masih bisa menahan rasa sakit dan ketidaknyamanan itu, karena label “hal yang wajar” sudah melekat erat dengan proses menstruasi tersebut.
            Istilah premenstrual syndrome (PMS) digunakan untuk mengacu pada kumpulan atau perubahan gejala fisik dan emosional yang terjadi menjelang, saat, dan sesudah siklus bulanan pada seorang wanita.  Gejala yang muncul sangat beragam dari yang ringan sampai yang cukup berat, “apa saja gejala itu?”, antara lain yang terkait dengan emosional, perasaan tidak bahagia, stress, sulit tidur, sakit kepala, mood atau suasana hati yang gampang berubah, sensitive, libido yang berubah.  Yang terkait dengan fisik antara lain pendarahan, kram pada perut, sulit buang air besar, pembengkakan pada payudara, muncul jerawat, sakit pada otot tertentu dan masih banyak lagi.  Menurut Johnson (Wikipedia 2013) gejala yang muncul bisa lebih dari 200 bentuk. 
            Sebagai seorang wanita, saya mengalami keluhan yang saya rasakan langsung dan tidak langsung.  Kalau di cermati keluhan itu semakin bertambah dengan bertambahnya usia, dulu sebelum berusia 25 tahun menjelang menstruasi saya hanya merasa sedikit kram pada perut di pagi hari dan hilang dengan sendirinya di siang hari.  Setelah berusia di atas 25 tahun keluhan bertambah dengan volume mens yang sangat banyak dan pegal pada bagian pinggang ke bawah.  Saat usia saya bertambah 33 tahun saya mulai merasakan sakit kepala di hari ke-2 dan seterusnya.  Belum lagi keluhan yang dirasakan orang disekitar saya, kata suami dan anak-anak ada masanya setiap bulan saya galak sekali ha ha ha. 
Semua PMS itu saya tahan dan biarkan saja, karena saya merasa hal yang wajar terjadi.  Tidak dipungkiri, beberapa kegiatan terganggu secara rutin karena terjadi setiap bulan dan suami juga menjaga jarak secara rutin saat saya sedang “galak sekali” hmm.
            Ternyata teman-teman saya di kantor dan di laboratorium juga mengalami minimal 1 gejala PMS, dari yang ringan sampai cukup berat.  Teman yang bekerja dibagian keuangan sebuah perusahaan pembiayaan ini setiap bulan izin minimal 1 hari karena tidak tahan sakit pada perut saat menstruasi.  Karena label “wajar” itu dia tidak pernah mencoba memeriksakan diri ke dokter untuk PMS nya tersebut.  Dia mencoba mengatasinya dengan meletakkan botol berisi air hangat di perut dan berbaring, “Nanti juga hilang sendiri”, ujarnya ringan.

            Adalagi teman yang merasa saat menstruasi dia tidak produktif, karena semua terasa buntu dan malas untuk menyelesaikan pekerjaan.  Kebayang kan kalau ada deadline penting dan dia sedang turn off?.  Bisa-bisa karier hancur dalam sekejap kalau begitu, atau keluarga merasakan imbasnya seperti yang terjadi padaku (dijauhi saat galak).

            Selain itu teman-teman di laboratorium tempatku meneliti semua punya keluhan PMS, dan lagi- lagi mereka membiarkan saja berlalu tanpa solusi.  Umumnya pendapat mereka sama, “ah sudah biasa bu Eka, dan wajar saja PMS itu kita alami”.  Bahkan ada yang sedikit ekstrim, mereka bilang “disitu seninya bu Eka”.  Waduh, seni yang bagaimana ya kalau akhirnya tidak membuat kita rilexs, malah sebaliknya membuat kita tegang, stress, tidak produktif, dan ditegur atasan, suami, dan dijauhi anak-anak. 

            Salah seorang teman yang juga praktisi kesehatan (Bidan) sempat menjadi teman berdialog untuk urusan PMS.  Rasa penasaranku mengenai PMS menggiring Bidan ini menjawab berbagai pertanyaan seputar PMS.  Aku penasaran, apakah sebagai praktisi kesehatan dia akan berpendapat sama dengan masyarakat awam?, “PMS adalah hal yang wajar, dan dibiarkan saja tanpa solusi?”. 

            Syukurlah bu bidan punya pendapat berbeda, menurut beliau PMS bukan hal yang layak dibiarkan, tetapi di cari solusi sesuai keluhan.  Misalnya, untuk gejala yang terkait dengan emosional, kita disarankan berolah raga di pagi hari, kemudian segera mengkonsumsi makanan yang sehat dan bergizi seimbang, sayur dan buah jangan lupa.  Mengurangi makanan yang terlalu asin, terlalu manis, dan terlalu pedas, berguna untuk menjaga mood katanya.  Kemudian untuk PMS yang mengganggu aktivitas seperti sakit kepala yang saya alami, menurut beliau karena saya cenderung anemia dan tekanan darahnya rendah.  Hal ini bisa dibantu dengan suplemen yang membantu proses pembentukan sel darah merah.  Untuk gejala PMS yang berat harus memeriksakan diri ke dokter, siapa tahu gejala tersebut akumulasi dari penyakit lain yang terhubung dengan kontraksi rahim saat meluruhkan sel telur yang tidak dibuahi.  Akhirnya saya mendapatkan jawaban yang memuaskan, apabila hal yang wajar menjadi tidak wajar mengapa kita biarkan berlarut-larut?, mestinya kita mencari solusi untuk itu.

            Saya mencoba mencari solusi untuk sakit kepala saat menstruasi sesuai saran bu bidan, tidak ada salahnya mencoba, dan benar! Selama menstruasi kemaren saya bebas sakit kepala, Vitafem free me.  Bulan depan saya harus berolah raga agar emosinya stabil dan tidak dijauhi suami dan anak-anak lagi ha ha ha.

Pustaka         
Johnson S, PHD. "Premenstrual Syndrome (Premenstrual Tension)". Menstrual Abnormalities and Abnormal Uterine Bleeding. Armenian Health Network, Health.am. Retrieved 2008-01-10 http://en.wikipedia.org/wiki/Premenstrual_syndrome#Symptoms         

Vitafem, http://www.dexa-medica.com/ourproducts/otc/detail.php?id=7