JAMU DALAM KEHIDUPANKU
Siapa yang tidak kenal
jamu? Atau belum pernah meminum jamu?, saya rasa semua orang yang merupakan
warga Indonesia pasti pernah sekali saja dalam hidupnya bersentuhan dengan yang
namanya jamu.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) jamu adalah obat yg dibuat dari akar-akaran, daun-daunan, dsb. Berdasarkan defenisi tersebut maka jamu adalah ramuan yang berbahan tanaman yang bisa diracik sendiri. Saya sendiri pernah membuat jamu sebagai pertolongan pertama mengatasi diare pada anak-anak. Resep yang saya ketahui langsung dari ibu yaitu merebus 7 lembar daun jambu biji dengan tiga gelas air, kemudian setelah menjadi satu gelas diangkat dan airnya diminumkan kepada anak yang sedang diare. Resep itu sangat manjur untuk anak pertama saya, tetapi ketika anak ke dua saya diare, resep tersebut tidak berfungsi sama sekali. Kejadian itu berlalu begitu saja, hingga akhirnya saya membuka literatur terkait dalam rangka mengikuti lomba blog ini.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) jamu adalah obat yg dibuat dari akar-akaran, daun-daunan, dsb. Berdasarkan defenisi tersebut maka jamu adalah ramuan yang berbahan tanaman yang bisa diracik sendiri. Saya sendiri pernah membuat jamu sebagai pertolongan pertama mengatasi diare pada anak-anak. Resep yang saya ketahui langsung dari ibu yaitu merebus 7 lembar daun jambu biji dengan tiga gelas air, kemudian setelah menjadi satu gelas diangkat dan airnya diminumkan kepada anak yang sedang diare. Resep itu sangat manjur untuk anak pertama saya, tetapi ketika anak ke dua saya diare, resep tersebut tidak berfungsi sama sekali. Kejadian itu berlalu begitu saja, hingga akhirnya saya membuka literatur terkait dalam rangka mengikuti lomba blog ini.
Hasil penelitian ilmiah membuktikan bahwa kandungan
flavonoid pada daun jambu biji bersifat anti mikroba yang dapat mengatasi diare
pada tikus percobaan (Cushnie & Lamb 2005, Ojewole et al. 2008). Semakin tinggi
kandungan flavonoid pada tanaman yang memiliki nama latin Psidium guajava. L maka kemampuan menghambat mikroba juga akan
semakin tinggi. Senyawa flavonoid pada
daun jambu dipengaruhi oleh perlakuan terhadap tanaman dan kondisi geografi
lingkungan tumbuh dan iklim. Aziz dan
Ghulamahdi (2011) menjelaskan bahwa kandungan flavonod tertinggi pada daun adalah
saat 50% daun ke tiga di panen pada masa vegetatif. Aha! saya tahu mengapa anak ke dua saya tidak
manjur dengan resep ini, kemungkinan besar karena senyawa flavonoid pada daun
jambu yang saya pakai saat itu sangat rendah.
Sehingga tidak mampu bekerja sebagaimana mestinya.
Selain daun jambu, daun yang juga akrab dalam kehidupan saya
adalah daun sirih. Saya menggunakan daun
sirih untuk perawatan kewanitaan saat haid, selain digunakan untuk berbasuh,
saya juga meminum rebusan daun yang memiliki nama latin Piper betle L. ini. Sekarang
ini untuk yang di minum saya lebih suka pesan dari penjual jamu langganan,
karena mereka mencampur dengan bahan lain yang membuat rasanya menjadi lebih
enak dan khasiatnya lebih terasa.
Iswantini et al. (2004)
menjelaskan bahwa daun sirih (Piper betle L), memiliki
potensi sebagai antimikroba, antioksidan, antifungi, antihepatoprotektor, dan
antiinfllamasi. Selain itu penggunaan
dalam bentuk campuran akan meningkatkan aktivitas dibandingkan penggunaan
secara tunggal. Sekali lagi, aha! para penjual
jamu telah melakukan hal benar dengan mencampur berbagai jenis bahan berbeda
dalam satu gelas.
Sst, meskipun kami
orang sumatera, tapi tradisi minum jamu ibu saya menular sampai ke cucunya ha ha
ha. Wanita lembut yang kami panggil mbak
jamu itu setiap minggu menjadi tamu rutin di rumah kami. Racikan dan campuran jamunya terasa pas di
lidah, dibandingkan jika saya mengolah jamu sendiri.
JAMU BAGI KEHIDUPAN MEREKA
Masih
dalam rangka lomba blog ini, saya meluangkan waktu menemui beberapa penjual
jamu selain penjual jamu langganan yang sering lewat di depan rumah saya. Berikut adalah data yang berhasil saya
kumpulkan:
No
|
Nama
|
Asal
|
Alamat di Bogor
|
Lama berjualan
|
1
|
Fajar Utama
|
Solo
|
Semplak Pilar Rt 01/03
|
13 tahun
|
2
|
Sri Rahayu
|
Solo
|
Cibanteng Proyek, Rt 01/04
|
30 tahun
|
3
|
Mursiwan
|
Banyumas
|
Semplak
|
10 tahun
|
4
|
Ratmi
|
Solo
|
Tegal Oceng Dermaga
|
20 tahun
|
FAJAR UTAM |
SRI RAHAYU |
MURSIWAN |
SURATMI |
Yang
menarik adalah, penjual jamu tidak hanya perempuan lho. Buktinya Bapak Mursiwan memilih profesi ini,
meskipun beliau seorang pria. Hmm, trend
saat ini, para chef juga di dominasi pria, jadi tidak ada yang salah jika
bermunculan mas jamu diantara mbak jamu yang ada.
Mereka mendapat ilmu
meracik jamu dari orang tua masing-masing yang sebelumnya juga penjual
jamu. Luar biasa adalah kata yang tepat
untuk empat penjual jamu ini, mereka bertahan sebagai penjual jamu tidak hanya
sesaat tetapi bertahun-tahun. Saya
langsung berfikir, menjual jamu pasti menguntungkan, sehingga mereka bertahan
begitu lama. Dan mereka semua menjawab
menjawab, “alhamdulilah mbak, bisa untuk sekolah anak-anak”. Kemudian saya menyambung pertanyaan,
seandainya anak mereka semua sekolah tinggi dan tidak mau menjadi penjual jamu,
siapa yang akan meneruskan jualan ini ketika mereka pensiun?. Mereka semua masih menjawab hal yang sama, “kalau
jualan jamu tidak ada pensiunnya mbak, sampai gak kuat jalan”. Saya tertawa dan sedikit memaksa, kalau sudah
tidak kuat jalan bagaimana?,
No
|
Nama
|
Jawaban
|
1
|
Fajar Utama
|
“Nanti digantikan sama saudara mbak”
|
2
|
Sri Rahayu
|
“Ada sepupu mbak yang mau nerusin,
kasihan langganan udah banyak”
|
3
|
Mursiwan
|
“Pulang kampung mbak, nanti juga ada
yg baru dari kampung”
|
4
|
Ratmi
|
“Ya liat nanti saja mbak, sekarang di
jalani dulu”
|
Jawaban
mereka cukup meyakinkan saya bahwa ilmu dan profesi ini akan tetap ada sampai
kapanpun, apakah diturunkan atau ditularkan.
Pertanyaan lain yang
saya ajukan, terkait dengan “jarik”, kain batik panjang yang dipakai penjual
jamu gendong saat berjualan. Saya
bertanya kepada Mbak Rahayu dan Mbak Ratmi, mengapa mereka menggunakan
jarik. Keduanya menjawab, “ya pantesnya
begitu mbak”. Kalau gendong jamu pakai
rok atau celana kurang cocok. Sedangkan
Mbak Fajar tidak menggunakan jarik karena susah mengendarai motor kalau pakai
jarik, “selain ndak pantes, saya bisa jatuh mbak”, jelas mbak fajar sambil
tertawa. Pak Mursiwan tidak perlu
ditanya, pasti dia akan menjawab, “saya lelaki tulen mbak” ha ha ha.
Wawancara
selanjutnya, “selain memang mencari rezeki lewat jualan jamu, apakah ada maksud
lain atau tujuan lain seperti misalnya melestarikan budaya dan warisan leluhur?”. Semua menjawab diplomatis, “iya mbak, selain
itu kita kan berbuat baik menjaga orang tetap sehat dan tetap bugar.
Pertanyaan
terakhir saya, seandainya ada pilihan lain, jadi manager misalnya, apakah mau
ganti profesi?. Sungguh saya tercengang
dengan jawaban mereka yang intinya sama, mencintai pekerjaannya.
No
|
Nama
|
Jawaban
|
1
|
Fajar Utama
|
Bisanya bikin jamu mbak, yang lain
ndak ngerti
|
2
|
Sri Rahayu
|
Tidak usah muluk-muluk mbak, yang ada
di syukuri
|
3
|
Mursiwan
|
Jadi manager jamu aja mbak
|
4
|
Ratmi
|
Saya jadi penjual jamu aja mbak udah
banyak langganan
|
Banyak
hikmah yang saya ambil dari wawancara singkat itu, tentang kepantasan, syukur, dan
semangat yang selalu dikobarkan dalam bekerja.
JAMU
SEBAGAI BUDAYA KITA INDONESIA
Tutur tinular adalah
bahasa jawa halus yang artinya perkataan atau nasehat yang baik yang diturunkan
dan disebarluaskan. Berawal dari nasehat
turun temurun, kemudian di terima dan dilaksanakan akhirnya menjadi budaya di
masyarakat. Budaya menggunakan ramuan
tradisional sebagai upaya pertolongan pertama atau pencegahan suatu penyakit oleh
masyarakat umum secara tidak langsung sudah melestarikan keberadaan jamu itu
sendiri. Masyarakat kota yang sibuk dan tidak
punya waktu untuk mencari bahan baku apalagi membuat ramuan akan mencari para
penjual jamu untuk mendapatkan jamu siap minum.
Siapakah pelaku pelestari jamu itu, jawabannya adalah kita.
Penjual
jamu gendong dengan ciri khasnya yaitu bakul yang berisi botol jamu, dan jarik
atau penjual jamu yang sudah menggunakan motor sehingga tidak lagi membawa
bakul yang berisi jamu, atau menggunakan jariknya tetap saja menjual sesuatu
yang di sebut jamu. Mereka menurunkan
ilmu tentang jamu kepada penerus, menuturkan kepantasan saat berjualan dan
lain-lain juga pelaku pelestari jamu.
Pemerintah
dan pihak swasta dengan berbagai cara, mengadakan acara seperti misalnya jamu go internasional, menciptakan komunitas
penjual jamu, komunitas pecinta jamu dan lain-lain juga pelaku pelestari jamu.
Yang terpenting, jamu
adalah budaya kita, milik kita, Indonesia…..
PUSTAKA
Ojewole JA, Awe EO, Chiwororo WD. 2008. Antidiarrhoeal activity of Psidium guajava Linn. (Myrtaceae) leaf aqueous extract in rodents. J Smooth Muscle Res44(6):195-207.
Cushnie T.P.T
& Lamb A.J. 2005. Antimicrobial activity of
flavonoids. International
Journal of Antimicrobial Agents 26(5):343-356.
Iswantini D, Darusman
LK, Rahminiwati M, Iskandar HR. 2004. Formula ekstrak gabungan Apium Graveolens dan Sida RhombifoliaL sebagai fitofarmaka untuk penyakit Gout : inhibitor xantin
oksidase. http://repository.ipb.ac.id/ham
Tulisan ini diikutkan dalam Lomba Menulis Artikel Jamu di Blog yang diselenggarakan oleh BIOFARMAKA IPB
Sukaaaa banget dengan tulisan ini. Sudut pandang yg berbeda. Semoga mbak dan mas jamu semakin semangat jualan jamu
BalasHapusThanks Rin, sambil demam, tetapi tantangan ini sulit untuk dilewatkan....semoga sesuai harapan kita...mejeng bersama...ciiiiis
BalasHapuskereeeeennnnn....aeeehhhh....katanya mau Off ngontes?..hihi .tetep eksis ternyata... bener2 merayap dari belakang, menggelegar dari depan....itulah Mbak Eka....hebaaaaatttt!! saluttt......
BalasHapusout of the box mbak....
BalasHapuskerennnn... 4 jempol (y) (y) (y) (y) :D
Asyiiik dapat jempol, terimakasih mba. Mencoba menulis dengan hati ^_^
HapusAmbu, jujur semua tantangan ini sudah di rencanakan sebelum bilang off. Jadi menunaikan janji sama bu ketua untuk ikut....ngontes susah ya di hentikan ketika sudah mengalir dalam darah wkwkwkwk
BalasHapusAmbu, jujur semua tantangan ini sudah di rencanakan sebelum bilang off. Jadi menunaikan janji sama bu ketua untuk ikut....ngontes susah ya di hentikan ketika sudah mengalir dalam darah wkwkwkwk
BalasHapusHahaha...bilang aja emang mau nulis tentang jamu
BalasHapusIye Rin....ngaku...
BalasHapusBuat mbak anita makasih ya...
Nah kunyit asem sirih itu jamu favoritku di mbak jamu :D
BalasHapuswow, bu Eka ternyata meneliti masalah prospek jamu juga :)
BalasHapusTidak sampai meneliti, baru mengamati. Terimakasih idenya, mudah-mudahan suatu saat saya berkesempatan meneliti jamu
Hapusbeneran, salut sama tulisan ini...saya suka bagian tabel berisi jawaban mbak dan mas jamu tersebut. Simpel, Jujur, tapi artinya daleeem
BalasHapusEh, Arin lagi...hehehe...makasih ya udah share blogku ini. Ternyata banyak yang suka. Alhamdulillah...kali aja mbak dan mas jamu buka internet melihat fotonya mejeng trus tambah semangat
HapusLestarikan produk asli Indonesia!!! semangat ibu :)
BalasHapusditunggu tulisan yang lainnya lagii yaa buu :)
Terimakasih...semangat menulis ^_^
HapusFavoritku galian singset mbak Murti ha ha ha
BalasHapusTulisan tentang jamu mengingatkan kita tentang Indonesia yang sebenarnya...seperti tulisan tentang tempe
BalasHapusIyaaa, jamu dan tempe itu Indonesia bangeeet...
HapusJamu minuman favorit saya....
BalasHapusKalau saya paling suka minum jus strawberry mba Gracia :) jamu juga suka sih..
HapusTulisan bu eka sangat menarik. Fotonya juga orisinal. Semoga dari tulisan ini menyumbangkan suara untuk pelestarian jamu
BalasHapusTerimakasih, itu foto-foto hasil jepretan anak saya yang masih SD.
Hapus